Rabu, 23 September 2009

Sehat Dan Cantik Dengan Bekatul

Rice bran atau bekatul yang dikenal sebagian besar masyarakat kita hanya sebagai pakan ternak ternyata memiliki banyak khasiat untuk kesehatan.  Penelitian terbaru menyebutkan bahwa beberapa senyawa bioaktif yang terkandung di dalam bekatul diketahui sebagai bahan untuk perawatan kulit.  Menurut BPS, angka produksi padi tahun 2007 mencapai 53,13 juta ton berupa gabah kering giling (Tempo online, 4 Maret 2007). Sebagai perbandingannya di USA bahwa 10 persen dari total produksi padi dapat menghasilkan bekatul, sehingga jika kita konversi dari 53,13 juta ton produksi padi nasional kita maka diperkirakan akan dapat menghasilkan 5,3 juta ton bekatul. 
Mengingat potensi bahan baku yang sangat besar jumlahnya tersebut menurut hemat penulis perlu dilakukan usaha-usaha pemanfaatan bekatul yang lebih beragam, tidak hanya terbatas sebagai pakan ternak.    
Bekatul adalah hasil samping penggilingan padi menjadi beras yang terdiri dari lapisan aleurone beras (rice kernel), endosperm, dan germ.  Pada Gb. 1 ditampilkan pohon industri manfaat bekatul.  Bekatul diketahui sebagai limbah dan hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak.  Penggunaan bekatul di luar negeri (misalnya di Jepang atau USA) secara komersil diperoleh dengan mengekstraksi bekatul menjadi minyak goreng.  Selain itu bekatul juga dimanfaatkan sebagai bahan baku industri makanan maupun industri farmasi. 
Untuk mendapatkan bekatul yang bersifat food grade dengan mutu yang tinggi, seluruh komponen penyebab kerusakan harus dihambat.  Bekatul sangat mudah rusak disebabkan oleh aktivitas hidrolitik dan oksidatif enzim lipase yang berasal dari dalam bekatul (endogenous) maupun aktivitas mikroba.  Untuk memperoleh bekatul yang awet dengan mutu yang tinggi, seluruh komponen penyebab kerusakan harus dikeluarkan atau dihambat, dan kandungan komponen bioaktifnya harus tetap dijaga. 

 Gb.1. Pohon Industri Pemanfaatan Bekatul
(Modifikasi dari [7])

Metode yang sering digunakan adalah perlakuan fisik, mekanis, atau kombinasi keduanya.  Contoh metode yang tergolong perlakuan fisik dan mekanis adalah drum berputar dan ekstrusi pindah panas. Keuntungan metode ini adalah tidak dibutuhkan aliran uap air dari luar, peralatannya relatif kecil, dan instalasi serta operasionalnya cukup mudah. Dengan demikian unit pengolahan ini dapat digabungkan dengan unit penggilingan beras dengan sedikit modifikasi.  Untuk kondisi di tanah air, menurut penulis unit industri ini sangat potensial untuk dijalankan. Selain menghasilkan produk utama dari penggilingan padi yaitu beras olahan, produk sampingan juga dapat dihasilkan yaitu  bekatul awet.  
Metode lain juga dapat digunakan adalah penggunaan enzim, prinsip reaksi kimia, fisik, atau kombinasinya. 
2.  Komposisi Fitokimia dan Manfaat Bekatul untuk Kesehatan 
Senyawa fitokimia (phytos-tanaman, chemicals- zat kimia) menjadi topik penelitian penting karena dapat memberikan fungsi-fungsi fisiologis.  Komposisi fitokimia bekatul sangat bervariasi, tergantung kepada faktor agronomis padi, termasuk varietas padi, dan proses penggilingannya.  Fraksi tak tersabunkan dari minyak bekatul mencapai 5 persen berat minyak, dengan kandungan utama sterol. Sterol yang terdapat dalam jumlah banyak adalah υ-sitosterol yang jumlahnya 50 persen dari total sterol. Pada Tabel 1 disajikan komposisi asam lemak yang terdapat pada minyak bekatul.  
Tabel.1. Komposisi Asam Lemak Minyak Bekatul
Asam Lemak
Jumlah
Asam lemak tidak jenuh
1.   Asam oleat
2.   Asam linoleat
3.   Asam linolenat

38,4 %
34,4 %
2,2 %
Asam lemak jenuh
1.   Asam palmitat
2.   Asam stearat

21,5 %
2,9%
Komponen tak tersabunkan
1.   Tokoperol
2.   g-oryzanol
3.   Skualen

181.3 mg
16 mg
320 mg
Sumber :  Rukmini dan Raghuram (1991) [2] 
Pada Tabel 1 terlihat bahwa hampir 75 persen kandungan asam lemak minyak bekatul terdiri dari asam lemak tidak jenuh. Sementara itu sisanya terdiri dari asam lemak jenuh dan komponen-komponen tidak tersabunkan.  Tingginya kandungan asam lemak jenuh pada bekatul akan memberikan efek positif bila kita mengkonsumsinya.  
Efek hipoklesterolemik bekatul dan beberapa fraksinya (neutral detergent fiber, hemiselulosa, dan bahan tak tersabunkan) telah banyak dilaporkan baik pada percobaan dengan menggunakan hewan maupun manusia.  Minyak bekatul menurunkan secara nyata kadar kolesterol darah, yaitu low density lipo-protein (LDL) colesterol dan very low density lipo-prortein  (VLDL) colesterol.  Selain itu minyak bekatul juga dapat meningkatkan kadar high density lipo-protein (HDL) kolesterol darah [6].   Kemampuan minyak bekatul menurunkan kadar kolesterol disebabkan adanya g-oryzanol, bahan yang tidak tersabunkan, dan kandungan asam lemak tidak jenuh [5]. 
Disamping terbukti mampu menurunan kadar kolesterol darah, penelitian lain juga berhasil membuktikan bahwa fraksi bekatul mempunyai kemampuan menurunkan tekanan darah dan meningkatkan metabolisme glukosa dengan menggunakan hewan percobaan, yang disebut stroke-prone spontaneously hypertensive rats (SHRSP); spesies tikus yang secara genetik mengalami hipertensi dan hiperlipidemia [1].  Asam ferulat dan total fenol yang terkandung dalam fraksi bekatul diketahui sebagai komponen bioaktif yang dapat menurunkan tekanan darah.  Mekanisme penurunan tekanan darah oleh asam ferulat adalah melalui penghambatan kerja enzim angiotensin I-converting enzyme (ACE); suatu enzim yang bertanggung jawab terhadap peningkatan tekanan darah [1]. 
Di beberapa negara maju, khususnya di Jepang dan Amerika Serikat, komponen bioaktif yang terdapat pada bekatul telah disuplementasi ke dalam produk-produk kecantikan.  Produk-produk tersebut antara lain sabun mandi, pelembab dan pembersih kulit, serta pelembab muka.  Tujuan penggunannya adalah untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan kulit.  Silab (2002), melaporkan bahwa Hydrolyzed Rice Protein Product (Nutriskin) adalah suatu produk perawatan kulit dengan kandungan asam amino yang cukup beragam (Tabel 2).  Dalam kosmetika, “serum” merupakan bahan cair yang kandungannya sebagian besar asam amino, dan penggunaannya dioleskan langsung ke kulit.  Kandungan asam amino yang terdapat pada bekatul diketahui sangat sesuai untuk memberikan efek perlindungan kulit [4]. 
Bekatul juga mengandung asam ferulat, yang  telah diketahui secara luas sebagai antioksidan dan bahan fotoprotektif.   Asam ferulat akan melindungi asam lemak melawan kerusakan oksidasi yang disebabkan oleh berbagai jenis polutan, peroksida, dan radikal bebas yang dibentuk selama proses metabolisme tubuh.  Asam ferulat juga dapat bekerja secara sinergis dengan komponen antioksidan lain, seperti asam kafeat, vitamin C, dan betakaroten, untuk menghilangkan radikal bebas, peroksida, dan zat berbahaya potensial lain [3]. 
Tabel.2. Komposisi Asam Amino pada Nutriskin 
Asam amino
Persentase

Asam glutamat
18,5
Arginin
10,5
Leusin
9,2
Tirosin
9,1
Phenilalanin
8,1
Asam aspartat
8,0
Serin
7,6
Alanin
6,1
Glisin
4,6
Valin
4,6
Lisin
4,0
Threonin
3,3
Histidin
3,0
Isoleusin
2,0
Methionin
1,1
Sumber : Silab (2002) 
3.         Bekatul Sebagai Pangan Fungsional 
Seiring dengan peningkatan pengetahuan tentang komsumsi bahan pangan, konsumen akhir-akhir ini memiliki kecenderungan memperhatikan dan mengutamakan aspek kesehatan dan kebugaran tubuh.   Artinya, pangan tidak hanya membuat tubuh sehat, tetapi juga mampu mengusir efek  negatif penyakit.  Tuntutan itu kemudian melahirkan konsep pangan fungsional (functional foods).   


Untuk dijadikan sebagai penganan, bekatul dapat dicampur dengan bahan lain pada pembuatan biskuit, kue, dan lain-lain.  Bekatul yang diawetkan juga telah dimanfaatkan sebagai makanan sarapan sereal, dengan perbandingan (%) tepung beras : bekatul dari 90 : 10 sampai dengan 30 : 70. Substitusi 15 persen bekatul padi dalam tepung terigu, dilaporkan mengakibatkan penerimaan konsumen yang optimal terhadap produk kue kering dan roti manis.   

Dari uraian di atas terlihat bahwa bekatul mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai pangan fungsional. Potensi ini berkorelasi dengan produksi beras sebagai konsumsi utama masyarakat Indonesia. Pemanfaatan limbah penggilingan padi dapat diolah menjadi bekatul awet dan kemudian diolah lanjut sebagai pangan fungsional. 
4.   Daftar Pustaka 
1.       Ardiansyah, H. Shirakawa, T. Koseki, K. Hashizume, dan M. Komai, 2006, Rice Bran Fractions Improve Blood Pressure, Lipid Profile, and Glucose Metabolism in Stroke-Prone Spontaneously Hyper-tensive Rats, J. Agric. Food Chem., 54, 1914-1920.
2.       Rukmini, C., dan T. C. Raghuram, 1991, Nutritional and Biochemical Aspects of The Hypolipidemic Action of Rice Bran Oil: A Review, J. Am. Coll. Nutr., 10, 593-601.
3.       Saija, A., A, Tomaino, R.L. Cascio,  D. Trombetta, A. Proteggente, A. Pasquale,  N. Uccella, dan F Bonina, 1999, Ferulic and Caffeic Acids as Potential Protective Agents Against Photo oxidative Skin Damage. J. Sci. Food Agric., 79, 476-480.
4.       Silab, 2002. Nutriskin Hydrolyzed Rice Protein Analysis Data. Unpublished data submitted to CTFA, June 20 p. 11.
5.       Sugano, M., dan E. Tsuji, 1997, Rice Bran Oil and Cholesterol Metabolism, J. Nutr., 127, 521S-524S.
6.       Wilson, T.A., R.J. Nicolosi, B. Woolfrey, D. Kritchevsky, 2007, Rice Bran Oil and Oryzanol Reduce Plasma Lipid and Lipoprotein Cholesterol Concentrations and Aortic Cholesterol Ester Accumulation to a Greater Extent than Ferulic acid in Hypercholesterolemic Hamsters, J. Nutr. Biochem., 18, 105-112.
7.       Cosmetic Ingredient Review Expert Panel, 2006, Amended Final Report on the Safety Assessment of Oryza Sativa (Rice) Bran Oil, Oryza Sativa (Rice) Germ Oil, Rice Bran Acid, Oryza Sativa (Rice) Bran Wax, Hydrogenated Rice Bran Wax, Oryza Sativa (Rice) Bran Extract, Oryza Sativa (Rice) Extract, Oryza Sativa (Rice) Germ Powder, Oryza Sativa (Rice) Starch, Oryza Sativa (Rice) Bran, Hydrolyzed Rice Bran Extract Hydrolyzed Rice Bran Protein, Hydrolyzed Rice Extract, and Hydrolyzed Rice Protein, Int. J. Toxicol., 25 (Suppl. 2):91-120.


sumber : http://io.ppi-jepang.org/article.php?id=246

0 komentar: